• Twitter
  • Facebook
  • Instagram

Kamis, 05 Juni 2014

Keterbatasan Bukan Penghalang


Keterbatasan Bukan Penghalang

Semarang, Senin (02/6) Auditorium Unnes dipenuhi oleh peserta Seminar Nasional tentang Pendidikan Inklusi yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan (BEM FIP). Seminar tersebut bertemakan "Inovasi Pendidikan Inklusi dalam Implementasi Kurikulum 2013", dengan 3 pemateri yaitu M. Furqon Hidayatullah (Dekan FKIP UNS), Galuh Sukmara Soejanto (Deaf Studies and Sign Linguistics L.A. Trobe University Australia), dan Mukhanif Yasin Yusuf ( Founder Students Activity Units of Difabel Care UGM). Selain itu juga mengundang anak yang berkebutuhan khusus dari YPAC Semarang.
Inklusi merupakan penempatan anak berkebutuhan khusus kedalam lingkungan kelas umum atau normal. Sedangkan pendidikan Inklusi adalah sebuah sikap (Attititude) yang diberikan kepada anak yang berkebutuhan khusus. Prinsip-prinsip dalam pendidikan Inklusi yaitu adanya persamaan, keadilan, dan HAM. Seperti yang disampaikan oleh M. Furqon, dalam mendidik hanya dibutuhkan 2 sikap, yaitu memahami dan peduli. Dua kata tersebut akan menumbuhkan kesadaran bahwa setiap individu itu unik dan berbeda dengan tugas hidupnya yang unik dan berbeda pula, dan yakin bahwa setiap anak adalah anugerah penciptaan-Nya. Walaupun tidak semua manusia diciptakan dengan sempurna, namun yang mempunyai kebutuhan khusus itu merupakan individu yang istimewa karena dia mampu hidup dengan cara hidup yang berbeda dengan yang lain. Buktinya, Galuh yang seorang tuna rungu mampu berprestasi dengan keistimewaan yang dimiliki sehingga dia mampu menyelesaikan studinya di Australia. “ tidak semua tuli tidak bisa bicara, karena orang tuli juga mampu berkomunikasi dengan bahasa isyarat,”.
Beranjak dari pendidikan inklusi, dalam seminar kemarin juga mendatangkan pemateri yang mampu menghasilkan prestasi walaupun memiliki kekurangan. Mukhanif sapaan kesehariannya, seorang mahasiswa yang mengalami Difabel (Different Ability Poeple) namun mampu dan berani mengambil kuliah di jurusan sastra indonesia. Difabel dapat diartikan cacat, terbatas, tidak mampu. Walaupun dia merupakan seorang Difabel, semenjak Sekolah Dasar (SD) sampai sekolah menengah atas dia selalu memperoleh peringkat dikelasnya.
Tugas kita sebagai pendidik dalam hal ini adalah bagaimana cara kita untuk memberikan kesempatan kepada anak yang memiliki kebutuhan khusus untuk mengenyam pendidikan yang lebih layak seperti apa yang mereka butuhkan. Selaras dengan pesan dari Masrukhi selaku pembantu rektor III bidang kemahasiswaan, yang sekaligus membukan acara seminar inklusi ini. “ ..spirit bersama untuk memperhatikan, melayani, dan membantu anak berkebutuhan khusus untuk mengenyam pendidikan.. “ ungkapnya.
Melihat kenyataan ini, bukan seharusnya kita menutup mata dan menutup telinga rapat-rapat, tapi gunakan otak kita untuk merenung dan berfikir dan bergerak apa yang seharusnya kita lakukan. Sebuah keberhasilan tidak dihasilkan dari orang yang selalu melihat keatas, namun ada kalanya leberhasilan dihasilkan karena dirinya menghargai apa yang dibawahnya, dan mampu memperbaiki dirinya agar menjadi jauh lebih baik dari apa yang ada dibawahnya. Selain itu kita juga hendaknya selalu bersyukur atas apa yang kita miliki sekarang, bukan justru mengeluh dan iri dengan apa yang orang lain dapatkan.  (eN. Lutfiani J )

0 komentar:

Kontak

Hubungi Kami


Alamat

Gedung PKM Lantai 1 Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Nomor

+62 856 4075 5770

Website

bk.unnes.ac.id