Dalam kitab suci umat Islam, telah dijelaskan
bahwa salah satu maksud penciptaan manusia adalah dijadikannya ia sebagai
khalifah/ pemimpin di bumi. Surah Al Baqarah ayat 30 menceritakan sebuah dialog
antara tuhan Alloh dengan malaikat. Tuhan berkata kepada malaikat, akan
menjadikan di bumi seorang khalifah dan seketika itu malaikat menimpalinya. Malaikat
bertanya, apakah Engkau (Tuhan) hendak menjadikan padanya orang yang merusak di
dalamnya dan menumpahkan darah, padahal kami bertasbih kepada Engkau dan
memuliakan Engkau?
Tuhan berkata, “Sesungguhnya Aku lebih
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.
Pada petikan arti ayat 30 Surah Al Baqarah
tersebut, Tuhan menitiskan manusia di Bumi sebagai seorang pemimpin. Pemimpin dalam
tafsiran ayat tersebut bukanlah persoalan remeh-temeh, tapi adalah sesuatu yang
bersifat kompleks dan perlu pengajian yang mendalam. Bisa diartikan manusia
ditakdirkan untuk menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri, dan bagi yang mendapat
mandataris dari manusia lain ia menjadi pemimpin kelompok yang lebih besar. Namun
ruang lingkup kelompok yang dipimpin pada dasarnya mempunyai intisari yang
sama. Yaitu sama-sama memegang sifat amanah, tanggungjawab dan berorientasi
pada kebaikan.
Termasuk memimpin diri sendiri adalah takdir
yang dititiskan Tuhan pada manusia. Menjadi seorang pemimpin nyatanya di era
sekarang adalah sebuah kebutuhan. Entah masih dalam garis kenormalan akan
tujuan atau menjadikan kepemimpinan sebagai alat pencapaian tujuan pribadi dan
kroni, pada dasarnya kepemimpinan menjadi aspek besar yang sekarang dikaji
dalam berbagai lini kehidupan. Entah itu bertujuan sebagai corong melahirkan
pemimpin perusahaan, organisasi, dan atau lain sebagainya.
Pemimpin adalah syarat mutlak manusia hidup. Ia
harus dewasa dan mempunyai cita dalam melangkah. Kalau dalam lirik lagu Ada
Band, “Kitalah armada masa depan. Yang akan mengukir dunia”. Pelatihan kepemimpinan
manajemen mahasiswa adalah salah satu bagian dari menciptakan armada untuk
meneruskan capaian tujuan dan kaderisasi untuk organisasi. Dalam setiap masa
memang pemimpin baru dilahirkan, dan pemimpin sebelumnya beranjak meninggalkan
kursinya untuk digantikan. Sebelum pemimpin muda merangkak menduduki singgasana
kuasa, ia harus berlatih. Berlatih menjadi pemimpin dalam konteks latihan dan
insepsi pola dasar sebuah organisasi beserta tujuan-tujuan yang harus
dicapainya.
Pelatihan kepemimpinan dan manajemen mahasiswa
bersifat internal untuk mahasiswa BK yang diadakan Hima BK pada Sabtu s.d
Minggu (18-19/10) mempunyai tugas mengader para calon pemimpin. Dalam sebuah
wadah itu, para calon pemimpin dicekoki berbagai macam ilmu untuk membangun
kondisi ideal yang sesuai harapan pada masa yang akan datang. Kebersamaan, rasa
sepenanggungan, disiplin, manajemen, dan bertanggung jawab adalah ilmu-ilmu
yang coba ditransformasikan dalam pelatihan ini.
Noto, salah seorang peserta mengungkapkan bahwa
dari pelatihan ini didapat ilmu yang bermanfaat. “Saya mendapatkan ilmu yang
bermanfaat dan berguna bagi kehidupan sehari-hari.
Hal senada juga diungkapkan oleh Laili, “Saya
mendapatkan ilmu yang bermanfaat di sini. Terimakasih,” ungkapnya.
"You try, You fail,
You try, You fail,
But the real failure is when you stop trying!”
You try, You fail,
But the real failure is when you stop trying!”
Kalau kata
The Haunted Mansion seperti itu, begitu pula dalam kepemimpinan. Pelajaran dua
hari satu malam adalah sesuatu yang singkat. Hanya sekadar teori belaka. Dan yang
lebih penting adalah bagaimana praktek di lapangannya. Setiap orang membutuhkan
bantuan, motivasi, dan dorongan namun bagaimana jika kau tak memiliki itu
semua? You’re alone? Barangkali pemimpin harus cukup kuat dalam membangun
semangat seperti dalam kutipan di atas. The
real failure is when you stop triying!!
*penulis
adalah staf ahli Dept. Kominfo Hima BK.
0 komentar:
Posting Komentar