Front
of the class, sebuah film tentang perjuangan seorang pria bernama Brad Cohen
yang menderita Tourette Syndrome
untuk meraih cita-citanya sebagai seorang guru. Tourette Syndrome
merupakan gangguan saraf dan perilaku yang dicirikan dengan gerak tubuh yang
beraksi tanpa disadari, berlangsung cepat, dan gangguan kejiwaan. Lingkungan Cohen sering membuat kontra dan
mendiskreditkannya karena kelainan tersebut. Baik teman-teman yang sering
mengejek, guru di kelasnya yang sering membentak menyuruhnya diam, dan Ayahnya
sendiri yang belum bisa menerima kelainan pada anaknya.
Suatu hari ketika Cohen se-dang mengikuti proses
kegiatan belajar mengajar, ia dengan kelainannya berupa Tourette Syndrome
mengganggu seisi kelas. Guru di kelas tersebut pun marah dan menyuruhnya untuk
menghadap kepala sekolah. Lalu Cohen menghadap kepala sekolah, dan kepala
sekolah tersebut justru bertanya tentang kehadirannya di sebuah acara orchestra
sekolah. Cohen menjawab tidak akan pergi ke acara tersebut karena ia mengetahui
kehadirannya akan mengganggu acara tersebut dengan suara-suara aneh yang keluar
dari kelainan yang ia derita. Tapi kepala sekolah menyuruhnya untuk hadir ke
acara orchestra tersebut.
Pada saat acara tersebut berlangsung, benar saja Cohen
mengeluarkan suara-suara aneh mirip anjing menggonggong. Hal itu pun tak pelak
membuat orchestra tersebut gaduh dengan tertawaan mengejek. Setelah permainan music
orchestra berakhir, kepala sekolah melangkah ke podium dan bertanya kepada
seluruh hadirin tentang suara aneh tersebut. Kepala sekolah menyebut secara
terang-terangan bahwa suara aneh tersebut berasal dari Cohen. Cohen pun disuruh
untuk maju ke podium dan mengutarakan berbagai latar belakang dan harapan akan
dirinya kepada hadirin yang merupakan teman-temannya sendiri. Ia berharap akan
diterima oleh semuanya walau dirinya memiliki kelainan. Sejak saat itu, Cohen
kemudian diterima baik oleh lingkungan sekolah dan menghadirkan kehidupan baru
bagi dirinya dan masa depannya.
Cerita berlanjut ke Cohen dewasa. Ia lulusan dari
sebuah universitas dan kemudian melamar kerja untuk menjadi guru di berbagai
sekolah. Beberapa sekolah menolaknya dengan alasan bah-wa dia mempunyai kelainan
yang justru dianggap akan mengganggu kelas dan proses belajarnya. Namun akhirnya,
sebuah sekolah memberikannya peluang untuk membuktikan diri bahwa ia bisa
menjadi seorang guru yang baik. Hal tersebut terbukti ketika siswa-siswa di
kelasnya begitu antusias dengan apa yang setiap diajarkan oleh Cohen. Satu cerita
yang menjadi bagian menarik adalah ketika seorang siswa bernama Heather yang
menderita kanker sangat menyukai Cohen hingga pada akhirnya Heather meninggal
dan menyebut bahwa Cohen sebagai guru favoritnya. Salah satu muridnya lagi,
Amanda yang dipaksa oleh ayahnya untuk keluar dari kelas karena menganggap
bahwa kelas yang diampu Cohen tidak baik bagi Amanda.
Film ini cukup menarik karena selain memberikan
suguhan perjuangan di dunia pendidikan. Selain itu yang lebih menarik adalah
labelitas atas guru yang baik dan cerdas dalam membangun suasana kelas. Seolah menjadi
pukulan keras bagi dunia pendidikan Indonesia yang lebih banyak diisi dengan
tekanan sehingga membangun kontruksi tidak sehat bagi anak-anak didik di dunia
sekolah. Film ini dengan pembawaan cerita yang ringan, kontruktif, dan penuh
inspirasi.
0 komentar:
Posting Komentar