• Twitter
  • Facebook
  • Instagram

Minggu, 25 Januari 2015

Menjadi Guru Yang Menyenangkan



Front of the class, sebuah film tentang perjuangan seorang pria bernama Brad Cohen yang menderita Tourette Syndrome untuk meraih cita-citanya sebagai seorang guru. Tourette Syndrome merupakan gangguan saraf dan perilaku yang dicirikan dengan gerak tubuh yang beraksi tanpa disadari, berlangsung cepat, dan gangguan kejiwaan. Lingkungan Cohen sering membuat kontra dan mendiskreditkannya karena kelainan tersebut. Baik teman-teman yang sering mengejek, guru di kelasnya yang sering membentak menyuruhnya diam, dan Ayahnya sendiri yang belum bisa menerima kelainan pada anaknya.

Suatu hari ketika Cohen se-dang mengikuti proses kegiatan belajar mengajar, ia dengan kelainannya berupa Tourette Syndrome mengganggu seisi kelas. Guru di kelas tersebut pun marah dan menyuruhnya untuk menghadap kepala sekolah. Lalu Cohen menghadap kepala sekolah, dan kepala sekolah tersebut justru bertanya tentang kehadirannya di sebuah acara orchestra sekolah. Cohen menjawab tidak akan pergi ke acara tersebut karena ia mengetahui kehadirannya akan mengganggu acara tersebut dengan suara-suara aneh yang keluar dari kelainan yang ia derita. Tapi kepala sekolah menyuruhnya untuk hadir ke acara orchestra tersebut.

Pada saat acara tersebut berlangsung, benar saja Cohen mengeluarkan suara-suara aneh mirip anjing menggonggong. Hal itu pun tak pelak membuat orchestra tersebut gaduh dengan tertawaan mengejek. Setelah permainan music orchestra berakhir, kepala sekolah melangkah ke podium dan bertanya kepada seluruh hadirin tentang suara aneh tersebut. Kepala sekolah menyebut secara terang-terangan bahwa suara aneh tersebut berasal dari Cohen. Cohen pun disuruh untuk maju ke podium dan mengutarakan berbagai latar belakang dan harapan akan dirinya kepada hadirin yang merupakan teman-temannya sendiri. Ia berharap akan diterima oleh semuanya walau dirinya memiliki kelainan. Sejak saat itu, Cohen kemudian diterima baik oleh lingkungan sekolah dan menghadirkan kehidupan baru bagi dirinya dan masa depannya.


Cerita berlanjut ke Cohen dewasa. Ia lulusan dari sebuah universitas dan kemudian melamar kerja untuk menjadi guru di berbagai sekolah. Beberapa sekolah menolaknya dengan alasan bah-wa dia mempunyai kelainan yang justru dianggap akan mengganggu kelas dan proses belajarnya. Namun akhirnya, sebuah sekolah memberikannya peluang untuk membuktikan diri bahwa ia bisa menjadi seorang guru yang baik. Hal tersebut terbukti ketika siswa-siswa di kelasnya begitu antusias dengan apa yang setiap diajarkan oleh Cohen. Satu cerita yang menjadi bagian menarik adalah ketika seorang siswa bernama Heather yang menderita kanker sangat menyukai Cohen hingga pada akhirnya Heather meninggal dan menyebut bahwa Cohen sebagai guru favoritnya. Salah satu muridnya lagi, Amanda yang dipaksa oleh ayahnya untuk keluar dari kelas karena menganggap bahwa kelas yang diampu Cohen tidak baik bagi Amanda.


Film ini cukup menarik karena selain memberikan suguhan perjuangan di dunia pendidikan. Selain itu yang lebih menarik adalah labelitas atas guru yang baik dan cerdas dalam membangun suasana kelas. Seolah menjadi pukulan keras bagi dunia pendidikan Indonesia yang lebih banyak diisi dengan tekanan sehingga membangun kontruksi tidak sehat bagi anak-anak didik di dunia sekolah. Film ini dengan pembawaan cerita yang ringan, kontruktif, dan penuh inspirasi. 

0 komentar:

Kontak

Hubungi Kami


Alamat

Gedung PKM Lantai 1 Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Nomor

+62 856 4075 5770

Website

bk.unnes.ac.id